Saturday, April 21, 2018

KISAH ISTRI KHOLIFAH UMAR MENJADI BIDAN

Amirul Mukminin Umar r.a semasa beliau memegang tampuk pemerintahan sebagai seorang kholifah, beliau seringkali meronda disetiap pergigian jalan-jalan dan di setiap pinggir kota Madinah seorang diri untuk memelihara serta meninjau tentang keadaan ketentraman dan keselamatan rakyat beliau. Pada suatu malam ketika beliau keluar meronda, tiba-tida Umar r.a penglihatannya tertuju kepada sebuah kemah tua yang berkulit unta tertancap di atas bumi sebidang tanah yang lapang.beliau sebelumnya belum pernah melihat ada kemah yang berdiri disana, kemudian Umr r.a menghampiri kemah tersebut dan disana beliau mendengar tangisan yang datang dari dalam kemah tua tersebut. Manakala di luar kemah pula terdapat seorang hamba yang sedang duduk termenung. Lantas Umar r.a member salam kepada orang itu dengan berkata,

“Assalamu Alaikum Wr. Wb.” Serta beliau duduk disebelahnya. Umar r.a bertanya “ dari mana tuan hamba datang.? Orang tadi menjawab. “wahai tuan hamba , sesungguhnya hamba ini adalah orang asing dan hamba datang melarat ke sini dari sebuah padang pasir yang tandus dan kering untuk mengharap belas kasihan dari Amirul Mu’minin”[ baca kisah 25 Nabi dan para sahabat , wali songo, dan artikel keislaman demi menambah wawasan kita]

Umar r.a bertanya lagi,
“Siapakah gerangan orang yang menangis di dalam kemahmu ini”
Dengan penuh harap orang itu menjawab dengan suara lembut, “ hamba berhrap tuan bisa memelihara kewajiaban sendiri” sahut Umar r.a lagi,

“tolonglah khabarkan kepadaku dan semoga aku dapat membantumu” maka orang itu berkata, “wahai tuan hamba, jika benar tuan ingin mengetahuinya, sesungguhnya di dalam kemah tua ini terdapat istri saya yang sedang meraung kesakitan karena hendak melahirkan anak”

Umar r.a bertanya,
“adakah siapa lagi saudaramu di dalam kemah ini yang sedang merawatnya.?
“Tidak ada seorangpun wahai hamba tuan” orang itu menjawab.

Ketika Umar telah mendaengar prihal yang menimpa pada orang tersebut, maka dengan segera beliau bangun daru tempat duduknya terus beliau pulang kembali ke rumahnya, dan beliau pula mengabarkan hal ini kepada istrinya Ummu Kultsum r.ha seraya berkata,
“ wahai istriku , sesungguhnya Allah SWT telah membuka jalan bagimu, jalan yang mulya disisi Allah SWT, untuk meluangkan jasa bagimu mala mini”
Ummu Kultsum r. ha. Bertanya ,
Apakah maksudmu wahai Amirul Mu’mini?.

Maka Umar r.a menjawab.
“Dengarlah wahi istriku , bahwa dipinggiran ujung sebelah sana terdapat sebuah kemah tua yang mana penghuninya pula telah datang dari sebuah padang pasir yang tandus dan kering manakal di dalam kemah tersebut terdapat seorang perempuan yang menangis kesakitan karena ingin melahirkan anaknya tanpa seorangpun saudara-saudaranya yang sedang merawatnya.”

Lalu Ummu Kultsum r. ha menjawab.
“ wahai suamiku ya Amirul Mukminin, aku bersedia merawatnya demi untuk kewajibanku, bagi aku menyempurnakan hasrat keinginan dan kesucian hati suamiku”
Diterangkan di sini adalah Ummu-Kulsum r.ha. anak perempuan Fatimah dan cucu kepada Nabi Muhammad SAW, cobalah kita renungi dan fikirkan, tidakkah mudah kiranya beliau hendak menulak dalam masa-masa seperti ini dari seorang perempuan yang sangat memerlukan pertolongan disaat itu,  
“Oleh karena itu wahai istriku , segerakanlah kerjamu itu bawalah bersamamu cerek, sedikit mentega serta alat-alat yang diperlukan di dalam pekerjaanmu kelak” Umar r.a berkata.
Ummu-Kulstum segera berangkat menju kemah yang sudah di tunjukan oleh Umar r.a dengan di damping oleh beliau sayyidina Umar.r.a, setelah sampai disana dan Ummu Kulstumpum masuk kedalam kemah itu sementara Umar. r.a berada di luar menyalakn api untuk memasak suatu makanan bagi penghuni kemah tua itu, beberapa saat kemudian Umar r.a mendengar Ummu Kulstum berterian memanggil suaminya (Umar.r.a) dari dalam kemah.

“Ya Amirul Mu’minin Ucapkanlah tahniah tanda syukur untuk saudaramu ini karena kelahiran anak lelaki yang diperolehnya”

Tatkala itu juga timbullah perasaan malu setelah penghuni kemah tersebut mendengar perkataan “AMIRUL MUKMININ” yang di panggil oleh Ummu Kulstum r.a. terhadap suaminya Umar r.a. barulah kini mereka tau dan sadar bahwa yang menolongnya selama ini yang berkorban untuk mereka adalah Amirul Mukminin orang yang paling di Mulyakan dan orang yang paling agung pada saat itu yang menjadi kholifah pemimpin umat islam dunia.

Walaupun bagaimanapun Umar.r.a mengerti perasaan sandaranya itu terhadap diri beliau, lalu Umarpun bersuara lembut dan berkata, wahai saudaraku janganlah karena aku Amirul Mukminin engkau malu dan terbenani dengan ini. Setelah itu Umar meletakkan ceret di dapan kemah kemudian diambil oleh Ummu Kulstum sekaligus dengan makanan dan diberikan kepada penghuni kemah tadi, Ummu Kulstum melakukan hal-hal yang telah diperintahkan suaminya dengan senang hati dan penuh kesabaran.

Setelah segalanya telah terlaksana maka Umar r.a mengucapkan selamat tinggal seraya berkata.
“ Datanglah menemuiku besok dan aku coba untuk melakukan apa yang aku mampu untuk menolongmu berdua “

Dengan demikian Umar r.a dan Istrinya Ummi Kulstum Pulang ke rumah setelah member pengorbanan dan member khidmatsebagai seorang khalifah yang benar-benar bertanggung jawab kepada seluruh rakyatnya.

Wahai saudaraku seiman dan yang seaqidah. Adakah diantara kita pada saat ini seorang yang mempunyai jabatan tinggi sanggup dengan kerelaan hati menolong seseorang yang dalam keadaan sekarat perlu pertolongan sedangkan keberadaan mereka jauh di hutan sana berjalanpun susah kendaraanpun tiada hanya sunyi senyap dan gelap sekaligus dingin yang begitu membekukan badan kita semata-mata ingin merawat seorang asing yang tidak dikenal yang datang dari lembah sana,tidak tau apakah dia orang baik atau bukan, namun Umr.r.a dan Istrinya Ummu Kulstum tidak berfikir panjang untuk menolong sesamanya untuk menolong rakyatnya dikala memerlukannya semoga cerita ini bermanfaat untuk saya pribadi dan kita semua yang membaca dan mendengar