Amirul Mukminin Umar r.a semasa beliau memegang tampuk
pemerintahan sebagai seorang kholifah, beliau seringkali meronda disetiap
pergigian jalan-jalan dan di setiap pinggir kota Madinah seorang diri untuk
memelihara serta meninjau tentang keadaan ketentraman dan keselamatan rakyat
beliau. Pada suatu malam ketika beliau keluar meronda, tiba-tida Umar r.a
penglihatannya tertuju kepada sebuah kemah tua yang berkulit unta tertancap di
atas bumi sebidang tanah yang lapang.beliau sebelumnya belum pernah melihat ada
kemah yang berdiri disana, kemudian Umr r.a menghampiri kemah tersebut dan
disana beliau mendengar tangisan yang datang dari dalam kemah tua tersebut. Manakala
di luar kemah pula terdapat seorang hamba yang sedang duduk termenung. Lantas Umar
r.a member salam kepada orang itu dengan berkata,
“Assalamu Alaikum Wr. Wb.” Serta beliau duduk disebelahnya.
Umar r.a bertanya “ dari mana tuan hamba datang.? Orang tadi menjawab. “wahai
tuan hamba , sesungguhnya hamba ini adalah orang asing dan hamba datang melarat
ke sini dari sebuah padang pasir yang tandus dan kering untuk mengharap belas
kasihan dari Amirul Mu’minin”[ baca kisah 25 Nabi dan para sahabat , wali songo, dan artikel keislaman demi menambah wawasan kita]
Umar r.a bertanya lagi,
“Siapakah gerangan orang yang menangis di dalam kemahmu ini”
Dengan penuh harap orang itu menjawab dengan suara lembut, “
hamba berhrap tuan bisa memelihara kewajiaban sendiri” sahut Umar r.a lagi,
“tolonglah khabarkan kepadaku dan semoga aku dapat membantumu”
maka orang itu berkata, “wahai tuan hamba, jika benar tuan ingin mengetahuinya,
sesungguhnya di dalam kemah tua ini terdapat istri saya yang sedang meraung
kesakitan karena hendak melahirkan anak”
Umar r.a bertanya,
“adakah siapa lagi saudaramu di dalam kemah ini yang sedang
merawatnya.?
“Tidak ada seorangpun wahai hamba tuan” orang itu menjawab.
Ketika Umar telah mendaengar prihal yang menimpa pada orang
tersebut, maka dengan segera beliau bangun daru tempat duduknya terus beliau
pulang kembali ke rumahnya, dan beliau pula mengabarkan hal ini kepada istrinya
Ummu Kultsum r.ha seraya berkata,
“ wahai istriku , sesungguhnya Allah SWT telah membuka jalan
bagimu, jalan yang mulya disisi Allah SWT, untuk meluangkan jasa bagimu mala
mini”
Ummu Kultsum r. ha. Bertanya ,
Apakah maksudmu wahai Amirul Mu’mini?.
Maka Umar r.a menjawab.
“Dengarlah wahi istriku , bahwa dipinggiran ujung sebelah
sana terdapat sebuah kemah tua yang mana penghuninya pula telah datang dari
sebuah padang pasir yang tandus dan kering manakal di dalam kemah tersebut
terdapat seorang perempuan yang menangis kesakitan karena ingin melahirkan
anaknya tanpa seorangpun saudara-saudaranya yang sedang merawatnya.”
Lalu Ummu Kultsum r. ha menjawab.
“ wahai suamiku ya Amirul Mukminin, aku bersedia merawatnya
demi untuk kewajibanku, bagi aku menyempurnakan hasrat keinginan dan kesucian
hati suamiku”
Diterangkan di sini adalah Ummu-Kulsum r.ha. anak perempuan Fatimah
dan cucu kepada Nabi Muhammad SAW, cobalah kita renungi dan fikirkan, tidakkah
mudah kiranya beliau hendak menulak dalam masa-masa seperti ini dari seorang
perempuan yang sangat memerlukan pertolongan disaat itu,
“Oleh karena itu wahai istriku , segerakanlah kerjamu itu
bawalah bersamamu cerek, sedikit mentega serta alat-alat yang diperlukan di
dalam pekerjaanmu kelak” Umar r.a berkata.
Ummu-Kulstum segera berangkat menju kemah yang sudah di
tunjukan oleh Umar r.a dengan di damping oleh beliau sayyidina Umar.r.a,
setelah sampai disana dan Ummu Kulstumpum masuk kedalam kemah itu sementara
Umar. r.a berada di luar menyalakn api untuk memasak suatu makanan bagi
penghuni kemah tua itu, beberapa saat kemudian Umar r.a mendengar Ummu Kulstum
berterian memanggil suaminya (Umar.r.a) dari dalam kemah.
“Ya Amirul Mu’minin Ucapkanlah tahniah tanda syukur untuk
saudaramu ini karena kelahiran anak lelaki yang diperolehnya”
Tatkala itu juga timbullah perasaan malu setelah penghuni
kemah tersebut mendengar perkataan “AMIRUL MUKMININ” yang di panggil oleh Ummu
Kulstum r.a. terhadap suaminya Umar r.a. barulah kini mereka tau dan sadar
bahwa yang menolongnya selama ini yang berkorban untuk mereka adalah Amirul
Mukminin orang yang paling di Mulyakan dan orang yang paling agung pada saat
itu yang menjadi kholifah pemimpin umat islam dunia.
Walaupun bagaimanapun Umar.r.a mengerti perasaan sandaranya
itu terhadap diri beliau, lalu Umarpun bersuara lembut dan berkata, wahai
saudaraku janganlah karena aku Amirul Mukminin engkau malu dan terbenani dengan
ini. Setelah itu Umar meletakkan ceret di dapan kemah kemudian diambil oleh
Ummu Kulstum sekaligus dengan makanan dan diberikan kepada penghuni kemah tadi,
Ummu Kulstum melakukan hal-hal yang telah diperintahkan suaminya dengan senang
hati dan penuh kesabaran.
Setelah segalanya telah terlaksana maka Umar r.a mengucapkan
selamat tinggal seraya berkata.
“ Datanglah menemuiku besok dan aku coba untuk melakukan apa
yang aku mampu untuk menolongmu berdua “
Dengan demikian Umar r.a dan Istrinya Ummi Kulstum Pulang ke
rumah setelah member pengorbanan dan member khidmatsebagai seorang khalifah
yang benar-benar bertanggung jawab kepada seluruh rakyatnya.
Wahai saudaraku seiman dan yang seaqidah. Adakah diantara
kita pada saat ini seorang yang mempunyai jabatan tinggi sanggup dengan
kerelaan hati menolong seseorang yang dalam keadaan sekarat perlu pertolongan
sedangkan keberadaan mereka jauh di hutan sana berjalanpun susah kendaraanpun
tiada hanya sunyi senyap dan gelap sekaligus dingin yang begitu membekukan
badan kita semata-mata ingin merawat seorang asing yang tidak dikenal yang
datang dari lembah sana,tidak tau apakah dia orang baik atau bukan, namun
Umr.r.a dan Istrinya Ummu Kulstum tidak berfikir panjang untuk menolong
sesamanya untuk menolong rakyatnya dikala memerlukannya semoga cerita ini
bermanfaat untuk saya pribadi dan kita semua yang membaca dan mendengar
Salam hormat kami https://al-inaya.blogspot.co.id