Assalamualaikum Wr. Wb.
Dalam kisah isro’ mi’roj Nabi Muhamad “ tawar menawar “ dengan Allah SWT
melalui Nabi Musa soal jumlah shalat dari 50 waku – akhirnya jadi 5 waktu. Saya
pernah mendengar hadits yang populer di kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah, bahwa
hadits ini dikatakan bertentangan dengan akal, walapun sanadnya shahih , karena
itu, kata mereka, hadits ini harus
ditolak dengan alasan : masa’ Allah yang punya otoritas mutlak
memerintahkan kewajiban kepada hambaNya itu; bisa ‘ditawar’ dan Nabi Muhammad
terkesan didikte oleh Nabi Musa. Bagai mana ini.?
Baca jugak bagaimana hukum baca surah waqiah dengan niat dunia
Alaikumsalam
Baca jugak bagaimana hukum baca surah waqiah dengan niat dunia
Alaikumsalam
Ya Hadits itu memang opuler di kalangan Ahlusunnah Wal
jama’ah dan banyak dikutip setiap peringatan isro’mi’roj oleh para Muballigh.
Dari seggi sanad hadits ini shahih, mereka yang menolak hadits
ini berlasan: matn(teks) hadits tersebut bertentangan dengan akal (konteks).
Tapi mafhum hadits ini sebenarnya tidak controversial dengan pesan yang
dikandung.
Jika dicermat, pesan-pesan penting yang akan disampaikan
oleh Allah itu terkesan berlikuk liku (dari sisi bahasa) seakan berlawanan
dengan konteksnya. Tapi sesungguhnya menjadi cirri agaknya – bahwa Tuhan jika
membebankan kewajiban yang penting bagi hamba – hambaNya terkadang melalui
rangkaian kata-kata yang tidak straight to the point seperti itu.
Di dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman :
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا (٧٢)
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
Bisa
saja Allah itu langsung membebankan tugas dan kewajiban ini kepada manusia
langsung tanpa harus berkelok-kelok menawarkan kepada langit, bumi dan gunung,
tetapi pemahaman yang bisa ditangkap dari makna hadits ini adalah menunjukkan
keseriusan amanat yang diberikan kepada makhluk dan akhirnya dipilih manusia
untuk memikulnya.
Cerita
tentang tawar menawar itu juga sebenarnya melambangkan belas kasih dan
kemurahan Allah atas kelemahan makhluk-Nya . yakni, bahwa Allah, dalam
batas-batas dan kondisi tertentuakan memberikan keringanan atas
kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada hambanya.
Artikel By: Al-Inaya. Blogspot.com
Sumber : Menjawab Pertanyaan Musykil Oleh H. Muhammad Baharun
Artikel By: Al-Inaya. Blogspot.com
Sumber : Menjawab Pertanyaan Musykil Oleh H. Muhammad Baharun