Barangiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapaberbuat kejahatandibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). Katakanlah (Muhammad) “Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).(QS. Al An’am 160-163)
Hadis no 527 atau cetakan lain nomor 496 :
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Telah menceritakan kepada kami Abu al-Walid Hisyam ibn Abdul Malik, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku al-Walid ibn al-‘Aizar, dia berkata: Aku mendengar Abu Amru al-Syaibani, dia berkata: Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami -seraya menunjuk rumah Abdullah؟ ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi saw Amal Apakah yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: Shalat pada waktunya. Abdullah bertanya lagi, Kemudian apa kagi? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orangtua. Abdullah bertanya lagi, Kemudian apa kagi? Beliau menjawab: Jihad fi sabilillah. Abdullah berkata: Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku.
Berdasarkan hadits di atas kita dapat mengetahui bahwa shalat adalah amalan yang paling utama. Karena amalan paling utama, tentu shalat mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
untuk mengingat Allah.
untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar.
merupakan hubungan langsung manusia dengan Tuhannya.
Merupakan sarana berdekatan dengan Allah SWT. Sebab, semakin sering kita berdekatan dengan Allah SWT maka kita akan semakin untung. Oleh sebab itu, kita harus bersyukur dengan adanya sholat lima waktu.
Sholat merupakan jenis ibadah yang sudah ditetapkan waktunya sehingga kita seharusnya sholat di awal waktu. Dahulu, pada zaman tabi’in, di Damaskus, Annas bin Malik pernah menangis saat orang-orang tidak memperhatikan sholat. Sholat tidak lagi diperhatikan dengan kuat. Bagaimana dengan kita saat ini? Mungkin akan kering air mata Annas bin Malik melihat kondisi sholat kita saat ini.
Hadis no. 530 atau cetakan lain no. 499
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ وَاصِلٍ أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ أَخِي عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ يَقُولُ دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ بِدِمَشْقَ وَهُوَ يَبْكِي فَقُلْتُ مَا يُبْكِيكَ فَقَالَ لَا أَعْرِفُ شَيْئًا مِمَّا أَدْرَكْتُ إِلَّا هَذِهِ الصَّلَاةَ وَهَذِهِ الصَّلَاةُ قَدْ ضُيِّعَتْ وَقَالَ بَكْرٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ الْبُرْسَانِيُّ أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي رَوَّادٍ نَحْوَهُ
Telah menceritakan kepada kami Amru ibn Zurarah, dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahid ibn Washil Abu Ubaidah al-Haddad, dari Usman ibn Abu Rawwad saudara al-‘Aziz ibn Abu Rawwad, ia berkata: Aku mendengar al-Zuhri, dia berkata: “Aku pernah menemui Anas ibn Malik di Damaskus, sementara saat itu ia sedang menangis. Aku lalu bertanya: Apa yang membuatmu menangis?” Anas lalu menjawab: “Aku tidak pernah mengen al-sasuatupun di zaman Rasulullah saw seperti apa yang aku temui sekarang selain masalah shalat. Shalat sekarang ini sudah dilalaikan.” Bakar ibn Khalaf, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Bakar al-Barsani, telah mengabarkan kepada kami Usman ibn Abu Rawwad dengan hadis seperti ini.
Kondisi umat saat ini lebih banyak yang menjadikan sholat sekadar rutinitas saja sehingga tidak terasa manfaatnya. Lihat saja, saat kita ketinggalan pesawat apakah kita menangis? Ya! Saat kita ingin membeli sesuatu namun tokonya tutup apakah kita menangis? Anak kita yang masih polos ketinggalan sesuatu, nagiskah dia? Ya! Namun, apa yang kita lakukan saat ketinggalan sholat? Apakah kita menangis? Sayang sekali..
Masyarakat kita saat ini kondisinya memang parah sekali. Jangankan sholat di awal waktu berjama’ah di masjid. Banyak yang tidak sholat. Mengapa tidak merasakan manfaat sholat? Karena kita take and give dengan Tuhan kita. Kita inginnya Tuhan memberikan kesenangan kepada kita baru kita balas dengan sholat. Seolah-olah jual beli. Padahal kita lahir, bernafas, degup jantung berdetak semua itu gratis dari Tuhan. Kita inginnya dapat uang, baru sholat, daat kesenangan, baru sholat. Kita inginnya Allah kelihatan nyata baru kita sembah. Tidak mau memikirkan dulu, menimani dulu. Materialisme mulai merambah masyarakat kita.
Bagaimana kita dapat merasakan manfaat langsung dari sholat? Coba kita ‘tantang’ diri kita. Kita optimalkan sholat lima waktu berjama’ah selama semingu saja. Berusaha untuk khusyu’ dan perbaguslah wudhu’nya. Minta apa yang kita inginkan secara sungguh-sungguh sama Allah SWT. Apakah ada perubahan? Jika belum berubah, tambahlah hingga dua minggu. Belum berubah juga? Tambahlah menjadi 40 hari. Jika 40 hari kita telah melakukannya dengan baik, InsyaAllah diiringi dengan usaha kita akan mendapatkannya.
Sholat memiliki manfaat langsung, manfaat langsung dari sholat ialah menghilangkan dosa-dosa kita. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw. berikut i
Hadis nomor 528 atau cetakan lain nomor 497 ;
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي حَازِمٍ وَالدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Hamzah, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibn Abu Hazim dan Ad Darawardi, dari Yazid -yakni Ibn Abdullah ibn al-Hadi-, dari Muhammad ibn Ibrahim, dari Abu Salamah ibn Abdurrahman, dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya? Para sahabat menjawab: Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran padanya. Lalu beliau bersabda: Seperti itu pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan.”
Setiap manusia, suka tidak suka, sengaja tidak sengaja pasti melakukan dosa. Sebab, banyak hal yang dilarang Allah SWT yang tanpa sengaja kita lakukan. Banyak dosa yang tak kita inginkan. Misalnya, saat kita keluar rumah kita melihat orang-orang lain yang memamerkan auratnya. Saat di jalan, tiba-tiba ada yang naik kendaraan sangat cepat kemudian tanpa sengaja kita menyumpah-nyumpah. Maka itulah, sholat lima waktu dapat menjadi pembersih dari dosa-dosa kita.
Lalu, dosa-dosa bagaimanakah yang dapat dihapus oleh perbuatan sholat lima waktu? Mari kita simak hadits berikut.
عن عثمان بن عفان – رضي الله عنه – قال : سَمِعْتُ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : « مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءها ؛ وَخُشُوعَهَا، وَرُكُوعَهَا ، إِلا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوب مَا لَمْ تُؤتَ كَبِيرةٌ ، وَذلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Dari Usman Ibn Affan ra. Berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: Tidaklah seorang Muslim, ketika tiba waktu sholat wajib, lalu ia berwudhu dengan sempurna, kemudian sholat dengan khusyu’ dan menyempurnakan rukunnya, kecuali dosa-dosa yang pernah dia lakukan akan diampuni selama tidak melakukan dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang tahun. (HR Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa dosa yang dapat dihapus oleh sholat ialah dosa-dosa kecil. Namun, kita tidak boleh menganggap remeh dosa-dosa kecil ini. sebab, meski kecil lama-lama akan ‘berkarat’ juga. Dengan sholat, akan ‘diamplas’ terus sehingga licin dan berkilat lagi. Sedangkan dosa-dosa besar, seperti mencuri, berzina, dll. tidak bisa dihapus dengan sholat saja. Akan tetapi, harus dengan taubatan nasuha. Dosa, jika masuk ke dalam tubuh kita, ke hati kita maka akan menggumpal di hati. Maka, harus segera dicuci dosa-dosa tersebut sebelum menutup hati kita.
Tanya jawab:
Bagaimana cara membiasakan anak sholat tepat pada waktunya?
Ajari waktu berusia 7 tahun. Anak digandeng untuk diajak sholat berjama’ah. Tidak apa-apa jika kita agak lama sedikit berangkat ke masjid sebab mempersiapkan anak dahulu. Sepanjang perjalanan, kita dapat bercakap-cakap dengan anak mengenai manfaat sholat, keutamaan sholat, dan lain sebagainya. Bahasakanlah dengan cinta agar masuk dalam jiwa sang anak. Saat anak berusia 10 tahun, orangtua moleh memukul anak jika anak tidak mau sholat.
Saat sedang melaksanakan rapat di sekolah, terkadang dimulai dari jam 11.00. kemudian, terdengar adzan. Ada peserta rapat yang ingin menghentikan rapat dan sholat dahulu, ada juga yang ingin meneruskan sebab ‘nanggung’. Sebaiknya bagaimana?
Dalam sholat, ada waktu afdhol dan ada juga waktu boleh. Jika ingin mengambil keutamaannya, pilihlah waktu afdhol. Namun, bisa dilihat juga berapa lama lagikah waktu kita rapat? Apakah rapatnya tinggal 15 menit lagi? Jika tinggal 15 menit lagi, boleh saja kita memilih untuk terus melakukan rapat lalu sesudah rapat tetap melaksanakan sholat berjama’ah. Namun, jika rapat masih lama, satu jam lagi misalnya, sebaiknya rapat dihentikan dahulu untuk menjalankan ibadah sholat, lalu melanjutkan rapat setelah sholat selesai.
Ada hadits yang mengatakan bahwa jika tidak sholat akan menjadi kafir, seperti ini
Dari Buraidah ra. Dari Nabi saw. yang bersabda: Ikatan janji di antara kami (umat Islam) dengan mereka (orang-orang kafir) adalah sholat. Maka, barangsiapa yang meninggalkan sholat, berarti dia telah menjadi kafir. (HR. Al Tirmidzi) lantas bagaimana jika kita tidak melakukan sholat?
Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja bukan berarti langsung menjadi orang kafir. Bahkan dikatakan, pembeda antara seorang Muslim dengan orang kafir adalah sholat. Ini untuk menunjukkan betapa tingginya, betapa agungnya posisi ibadah sholat dalam agama kita. Sehingga, ketika seseorang meninggalkan sholat diibaratkan menjadi ‘kafir’. Padahal, jika dilihat dari hukum jinayatnya, saat orang meninggalkan sholat sekali-dua kali belum dapat langsung dikatakan kafir. Seseorang ditetapkan kafir harus melalui mahkamah. Ditanya dahulu oleh hakim, “Kenapa kamu tidak sholat?” “Apa alasannya?” boleh jadi dia sakit, ada unsur syar’i, atau baru saja masuk Islam dan baru tahu. Maka, kafir di sini dikatakan kafir bukan kafir secara hakiki, tetapi kafir secara maknawi. Seperti orang kafir atau perilakunya seperti orang kafir jika tidak menjalankan sholat. Kecuali jika ia meninggalkan sholat dengan sengaja terus-menerus dan mengingkari perbuatan itu. Jika ia berkeyakinan seperti itu, dalam mahkamah pun ditanya dahulu apakah ia mau bertobat atau tidak.
Sholat menjadi amalan pertama yang akan dihisab. Dilihat dahulu, sholat lima waktunya bolong-bolong atau tidak. Bukan dilihat tepat waktu atau tidak, khusyu’ atau tidak, tapi yang dilihat ialah komplit atau tidak. Tepat waktu dan khusyu’ merupakan nilai tambah. Maka, celakalah orang yang meninggalkan sholat. Lalai. Seharusnya sholat 5 waktu tapi yang dikerjakan hanya 3 waktu. Orang-orang seperti inilah yang dikatakan lalai dalam sholat.
Lantas bagaimana jika ibadah kita yang lain banyak namun sholatnya belum banyak? Nilainya berbeda. Ibadah yang lain tetap ada sholatnya, namun berbeda nilainya. Nilai sholat ini besar sekali. Ibaratnya, jika saya tidak sholat sekali seperti saya kehilangan selembar 100.000. Namun, jika tidak infaq mungkin hanya kehilangan 5000. Lantas, apakah mungkin orang yang sholatnya bolong-bolong tertutup dengan amalan ibadahnya yang lain? Tidak! Tidak tertutup. Bahkan kurang, tekor! Sebab nilai sholat besar sekali. Sholat lima waktu saja sudah berbeda dengan sholat sunnah. Sholat wajib ibarat tiang pada sebuah rumah. Jika tidak ada tiang, maka rumah akan roboh. Sholat sunnah ibarat hiasan-hiasan saja. Maka, saat tiang roboh, tidak bisa digantikan dengan hiasan. Maka, orang yang tidak sholat wajib tidak bisa digantikan dengan banyaknya sholat sunnah. Kita harus memiliki amalan unggulan, setelah amalan utama kita cukup. Misalnya, kita mampu bersedekah namun tak kuat berpuasa. Maka, setelah kita konsisten sholat lima waktu, boleh jika tidak kuat puasa sunnah, tapi sedekahnya kencang.
Wallahu a’lam.
Artikel By : al-Inaya.blogspot .com
Oleh : Dr. H. Ahmad Lutfi Fathullah, MA