Thursday, December 8, 2016

Pernahkah Rosul terkenak sihir

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
     Saya pernah membaca kritik orang terhadap ahlus sunah waljama’ah. Katanya hadis-hadis sunni itu tidak sahih, banyak bertentangan dengan akhlaq  nabi, di antaranya adalah hadis Bukhori yang mengatakan bahwa nabi terkena sihir. Apa benar hadis di bukhori itu bathil(tiddak shahih)? Dan apakah juga benar bahwa rasulullah itu pernah terkena sihir?  Lalu  apa hubungannya ‘ishmah atau keterjagaan?

Wa’alaikumsalam  Wr.Wb,
    Hadis yang tercantum dalam kitab Bukhari dan Muslim itu shahih (sanad maupun matan-nya), artinya   ketika hadis itu sudah teruji secara metodologis dan ilmiah, ketika dapat mengutipnya.adapun nabi Muhammad  saw jelasnya memang ma’sum (terjaga dari segala dosa dan kesalahan), namun sebagai manusia (basyar) secara  fisik  beliau mengalami  hal-hal seperti yang dialami manusia baisa, kerena Nabi itu di utus  untuk manusia biasa.  Misalnya makan,minum dan menikah. Juga sakit dan di cederai orang,bahkan dalam  suatu  momen jihat beliau terluka kerena serangan. Di Tha’if pada dakwah permulaan,beliau berdarah-dara kerena luka yang di  derita akibat lemparan batu,secara  ekonomi beliaupun pernah kekurangan. Apakah kita kemudian mengatakan bahwa beliau tidak  terjaga? Tidak mendapatkan keadilan,beliau sendiri  kekurangan sementara  ada sahabatnya berlebihan?
Kisah Nabi Yusuf A.S
   Tentu saja tidak! Sebab beliau sebagai model ideal perlu mengalami ujian tersebut hingga kemudian dapat menjadi pegangan bagi ummatnya sepanjang masa bila mengalami kasus serupada dan sekaligus menegaskan bahwa rasul yang di utus Allah ini adalah dari “bangsa” manusia juga (min anfusikum). Peristiwa yang di sebut dalam  hadis bukhari dan muslim,bahwa beliau terkena sihir namun   dengan penuh kesadaran diketahuinya itu kerna mendapatkan informasi  dari malaikat.   Maka  hal itu lalu menjadi sebab turun  (sabab,  nuzul)   surat AL-Mu’awwidzatain,yakni ayat-ayat pelindungan dari setan dan  sihir manusia.  Sehingga bila ummat beliaw  mendapat  ujian/gangguan yang sama dapat mempraktikan bacaan  (bacaan  penangkal)  yang sama seperti  pernah di alami dan kemudian di ajarkan oleh Rasul.