salam hangat semua bagi kawan-kawan yang baik hati dalam pos kali ini kami ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang sahabat WAIL BIN HAJAR R.A. yang rambutnya panjang, siapakah dia.? lanjut cerita kisah ini kami poskan kali ini agar menjadi pelajaran bagi kita dan menajadi contoh bagi kita karena selama ini kami tidak tau sampai mana batas rambut yang sebenarnya untuk kaum peria namun cerita ini mungkin sedikit akan memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana rambut yang disenangi Rosulullah selamat membaca semoga bermanfaat Amin.
WAIL BIN HAJAR r.a BERKATA:
Ketika aku menziarahi Rasulullah SAW tatkala rambutku
mengurai panjang. Aku duduk di samping baginda Nabi Muhammad SAW dan beliau
berkata kepadaku “Zubab, Zubab” (maksudnya suatu yang buruk atau celaka)
kemudian ketika aku mendengar perkataan Nabi aku mulai berfikir seakan
Rosulullah mengarah kepada rambutku. Setelah peristiwa itu aku pulang kerumah
dan menggunting rambutku dan pada keesokan harinya aku menemui rosulullah kedua
kalinya dengan rambut yang terpotong, sepontan Rosulullah bertanya kepadaku dan
bersabda,
"Aku tidak pernah merujuk pada rambutmu itu ketika aku berkata kemarin akan tetapi walau bagaimanapun adalah suatu yang baik untukmu mengguntingnya"
Kisah ini menunjukkan betapa besar kasih dan sayang para
sahabat Nabi kepada beliau, dengan tampa ragu dan bimbang para sahabat akan
mematuhi perintah Nabi apapun akibatnya, para sahabat ini selalu mengorbankan hartanya dan jugak jiwa raganya demi membela kebenaran dan
melawan kebathilan, pada zaman para sahabat selalu terjadi sebuah peperangan
antara umat islam dan orang-orang qurais namun maskipun jumlah orang islam
sedikit tidak ada rasa takut yang menghantui mereka demi mengharap ridho dari
Allah SWT.
Pernah suatu ketika Abdullah bin-Mas’ud pergi ingin menemui
Rosulullah, ketika Abdullah bin Mas’ud sampai di kediaman beliau Abdullah bin
Mas’ud mengucapkan salam seraya berkata “Assalamu alaikum” akan tetapi salam
Abdullah bin Mas’ud tidak dijawab oleh Rosulullah karena beliau dalam keadaan
shalat. Dengan tidak dijawabnya salam Abdullah Bin-Mas’ud timbul dalam pikirannya
bermacam-macam perasangka yang menyedihkan hati Abdullah bin Mas’ud, dan
berfikir kemungkinan Rosulullah tidak senang dengan kedatangannya atau mungkin
jugak baginda marah kepadanya banyak pikiran yang menghantui perasaan Abdullah
bin Mas’ud perasaan sedih yang sangat dalam tampak diwajahnya, raut wajah yang
ceria berubah menjadi suram namun ketika Rosulullah sudah selesai shalat,
Rosulullah memberitaukan bahwasanya Allah SWT telah mengharamkan berkata-kata
ketika shalat, dengan perkataan Rosulullah tadi maka Abdullah bin Mas’ud merasa
tenang dan senang.
Begitulah cinta seorang sahabat Nabi bagaimana dengan kita.?
Semoga menjadi contoh dan suri tauladan yang baik buat kita semua. Aminnnnn
Artikel by : al-inaya.blogspot.co.id