Wednesday, April 18, 2018

KISAH RAMBUT PANJANG SAHABAT WAIL BIN HAJAR DI HADAPAN ROSUL

salam hangat semua bagi kawan-kawan yang baik hati dalam pos kali ini kami ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang sahabat WAIL BIN HAJAR R.A. yang rambutnya panjang, siapakah dia.? lanjut cerita kisah ini kami poskan kali ini agar menjadi pelajaran bagi kita dan menajadi contoh bagi kita karena selama ini kami tidak tau sampai mana batas rambut yang sebenarnya untuk kaum peria namun cerita ini mungkin sedikit akan memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana rambut yang disenangi Rosulullah selamat membaca semoga bermanfaat Amin.
WAIL BIN HAJAR r.a BERKATA:
Ketika aku menziarahi Rasulullah SAW tatkala rambutku mengurai panjang. Aku duduk di samping baginda Nabi Muhammad SAW dan beliau berkata kepadaku “Zubab, Zubab” (maksudnya suatu yang buruk atau celaka) kemudian ketika aku mendengar perkataan Nabi aku mulai berfikir seakan Rosulullah mengarah kepada rambutku. Setelah peristiwa itu aku pulang kerumah dan menggunting rambutku dan pada keesokan harinya aku menemui rosulullah kedua kalinya dengan rambut yang terpotong, sepontan Rosulullah bertanya kepadaku dan bersabda,
"Aku tidak pernah merujuk pada rambutmu itu ketika aku berkata kemarin akan tetapi walau bagaimanapun adalah suatu yang baik untukmu mengguntingnya"
Kisah ini menunjukkan betapa besar kasih dan sayang para sahabat Nabi kepada beliau, dengan tampa ragu dan bimbang para sahabat akan mematuhi perintah Nabi apapun akibatnya, para sahabat ini selalu mengorbankan hartanya dan jugak jiwa raganya demi membela kebenaran dan melawan kebathilan, pada zaman para sahabat selalu terjadi sebuah peperangan antara umat islam dan orang-orang qurais namun maskipun jumlah orang islam sedikit tidak ada rasa takut yang menghantui mereka demi mengharap ridho dari Allah SWT.
Pernah suatu ketika Abdullah bin-Mas’ud pergi ingin menemui Rosulullah, ketika Abdullah bin Mas’ud sampai di kediaman beliau Abdullah bin Mas’ud mengucapkan salam seraya berkata “Assalamu alaikum” akan tetapi salam Abdullah bin Mas’ud tidak dijawab oleh Rosulullah karena beliau dalam keadaan shalat. Dengan tidak dijawabnya salam Abdullah Bin-Mas’ud timbul dalam pikirannya bermacam-macam perasangka yang menyedihkan hati Abdullah bin Mas’ud, dan berfikir kemungkinan Rosulullah tidak senang dengan kedatangannya atau mungkin jugak baginda marah kepadanya banyak pikiran yang menghantui perasaan Abdullah bin Mas’ud perasaan sedih yang sangat dalam tampak diwajahnya, raut wajah yang ceria berubah menjadi suram namun ketika Rosulullah sudah selesai shalat, Rosulullah memberitaukan bahwasanya Allah SWT telah mengharamkan berkata-kata ketika shalat, dengan perkataan Rosulullah tadi maka Abdullah bin Mas’ud merasa tenang dan senang.

Begitulah cinta seorang sahabat Nabi bagaimana dengan kita.? Semoga menjadi contoh dan suri tauladan yang baik buat kita semua. Aminnnnn