Wednesday, May 16, 2018

Hadits Tentang Zdikir

salam sejahtera semuanya semoga aktifitas kita semakin lancar pada artikel kali ini al-inaya akan menulis sebuah hadits yang menerangkan tentang zikir. apa itu zikir? zikir adalah mengingat Allah dengan bertasbih dalam hati atupun dengan ucapan dalam sebuah hadits Nabi dijelaskan sebagaiberikut:

عن أبي هريره رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الله تعالى أنا عند ظن عبدي بي وانا معه إذاذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في ملاء ذكرته في ملاء خير منهم وإن تقرب إلي شبرا تقربت إليه ذراعا وإن تقرب إلي ذراعا تقربت إليه باعا وإن أتاني يمشي أتيته هرولة(رواه أحمد والبخاري ومسلم والترمذي والنسائي وابن ماجه والبيهاقي في الشعب)

Dari Sayyidina Abu Hurairah R.A, Baginda Rasulullah SAW bersabda, ''Allah SWT berfirman, ''Aku sebagaimana sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku sendirian, Aku pun menyebutnya secara sendirian. Jika ia menyebut-Ku di suatu majelis, Aku pun menyebutnya dalam suatu majelis yang lebih baik (yaitu, majelis para malaikat yang ma'sum tanpa dosa). Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Jika ia mendekati-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan cepat.''(H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dari Kitab Syu'abul Iman)

Faidah :
Hadist di atas mengandung beberapa pelajaran penting:
Perlakuan Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagaimana sangkaan hamba tersebut kepada Allah SWT. 
Maksudnya, agar setiap orang selalu mengharap Rahmat Allah SWT dan jangan berputus asa. Kita mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang layakk disiksa. Meskipun demikian, kita jangan berputus asa dari Rahmat-Nya. Apa sulitnya bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih mengampuni dosa-dosa hamba-Nya? Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya :

...إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٲلِكَ لِمَن يَشَآءُ‌ۚ
''Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.''(Q.S An - Nisaa' : 48)

Oleh sebab itu, Para Ulama menyatakan bahwa iman adalah antara harap dan takut kepada Allah SWT. Suatu ketika Baginda Nabi SAW mendatangi seorang pemuda yang sedang menghadapi sakratul-maut. Ketika beliau menanyakan keadaannya, pemuda itu menjawab, ''Ya Rasulullah, saya selalu mengharap Rahmat Allah SWT dan takut atas dosa-dosa saya.'' Beliau bersabda, ''Apabila rasa harap dan takut ada pada diri seseorang dalam keadaan seperti ini, maka Allah SWT akan memberikan apa yang ia harapkan dan menyelamatkannya dari apa yang ia takutkan.''(Dari Kitab Jam'ul Fawaid)


Sebuah hadist menyebutkan bahwa orang mukmin itu menganggap bahwa dosa-dosa mereka seperti sebuah gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan ia duduk di bawah gunung tersebut. Sebaliknya, para pendosa menganggap bahwa dosa-dosa mereka seperti seekor lalat yang hinggap di tubuhnya, yang dengan mudah bisa diusir. Ia meremehkan dosa-dosanya. Oleh sebab itu, kita hendaknya selalu mengharap Rahmat Allah SWT dan takut kepada-Nya karena dosa-dosa kita.

Sebagian Ulama berpendapat bahwa hadist ''Perlakuan Allah SWT kepada hamba-Nya, sebagaimana sangkaan hamba-Nya kepada-Nya,'' berlaku secara umum bukan hanya dalam hal ampunan, tetapi juga dalam segala masalah, termasuk doa, kesehatan, kekayaan, keamanan, dan sebagainya. Hadist lain menyatakan, ''Barangsiapa yang kelaparan, lalu ia meminta-minta kepada manusia, maka ia tidak akan mendapatkan kelapangan.'' Seandainya ia mengadukan segala hajatnya kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan menjauhkan segala kesulitannya. Satu hal yang perlu diketahui bahwa, baik sangka terhadap Allah SWT adalah satu hal, dan berani berbuat maksiat kepada Allah SWT adalah hal lain (maksudnya, jangan sampai menyangka baik kepada Allah SWT itu menjadikan kita berani bermaksiat kepada-Nya). Allah SWT mengingatkan dengan firman-Nya :

وَلَا يَغُرَّنَّڪُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ...
''Dan jangan si penipu (setan) menipu kamu dengan (dalih kemurahan) Allah.''(Q.S Luqman : 33)

Maksudnya, jangan sampai setan menipu kita sehingga kita terus berbuat dosa, karena merasa Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Allah SWT berfirman :

...أَطَّلَعَ ٱلۡغَيۡبَ أَمِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحۡمَـٰنِ عَهۡدً۬ا (٧٨) ڪَلَّا‌ۚ
''Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah mendapatkan janji dari sisi Tuhan Yang Maha Pemurah (bahwa dia akan mendapatkan kemuliaan di akhirat). Sekali-kali tidak.''(Q.S Maryam 78-79)

Kalimat ''Barangsiapa berdzikir kepada-Ku, Aku akan senantiasa bersamanya..''
Hadist lain menyebutkan, ''Jika hamba-Ku mengingat-Ku, maka selama ia menggerakkan bibirnya, Aku selalu bersamanya. Yakni, Aku benar-benar memperhatikannya dan menurunkan Rahmat khusus baginya.''
Kalimat ''Aku akan menyebutnya dalam majelis malaikat,'' yaitu membangga-banggakannya di dalam majelis malaikat. Hal ini disebabkan :

Ketika manusia diciptakan, telah ditentukan dalam dirinya unsur taat dan unsur maksiat. Dalam keadaan demikian, maka ketaatan manusia patut dibanggakan.

Ketika manusia diciptakan, para malaikat bertanya kepada Allah SWT, ''Apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji-Mu?'' Karena di dalam diri manusia ada sifat merusak, sedangkan dalam diri malaikat tidak ada unsur tersebut, maka mereka menyatakan, ''Kami selalu bertasbih dan mensucikan-Mu.'' (Ketika manusia yang dalam dirinya ada unsur merusak itu taat kepada Allah SWT, maka ketaatannya pantas dibanggakan).


Ibadah manusia itu lebih menakjubkan daripada ibadah para malaikat, sebab manusia beribadah tanpa musyahadah (menyaksikan langsung alam akhirat), sedangkan malaikat beribadah kepada Allah SWT dengan musyadah. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah SWT bahwa jika manusia melihat surga atau neraka, tentu mereka lebih taat lagi. Dengan demikian, patutlah Allah SWT sangat memuji dan membanggakan mereka yang beribadah dan selalu menyebutnya di hadapan para malaikat.

Maksud, ''Allah mendekat, dan seterusnya.''

Maksudnya adalah sejauh mana hamba berusaha menaati Allah SWT, maka sejauh itu pula Rahmat Allah SWT akan datang kepadanya dengan lebih cepat daripada usahanya itu. Kini terserah kepada setiap orang, jika mereka menginginkan rahmat dan karunia Allah SWT tercurah kepada mereka, maka hendaknya mereka sendiri menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Disebutkan dalam hadist ini bahwa ''jamaah malaikat lebih baik daripada orang-orang yang berdzikir.'' Hal ini disebabkan beberapa hal sebagai berikut, ''Lebih baik'' disini, dilihat dari segi kema'suman para malaikat, yaitu terbebas dari segala dosa.

· Jumlah malaikat lebih banyak daripada jumlah manusia dan malaikat lebih baik daripada kebanyakan manusia, bahkan lebih baik daripada kebanyakan Kaum Muslimin. Namun, jika dibandingkan dengan seorang mukmin yang khusus seperti Nabi A.S, maka seorang Nabi lebih baik daripada seluruh malaikat.(al-inaya)