Wednesday, May 16, 2018

Ayat-ayat Dakwah

Salam sejahtera bagi semua teman-teman yang budiman kami rangkum sedikit ayat-ayat dakwah ini untuk para pembaca yang budiman semoga apa yang kami postkan ini bermanfaat dan menjadi motivasi kepada kita untuk lebih baik dan lebih sukses kedepannya terutama keluarga kita dan sanak saudra dan family kita amiinnnn.dalam Al-Quran Allah berfirman:

وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡہَا‌ۖ لَا نَسۡـَٔلُكَ رِزۡقً۬ا‌ۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَ‌ۗ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ
''Dan perintahkanlah keluargamu (wahai Muhammad) untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakan shalat tersebut. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.''(QS. Thaahaa : 132)
Ayat-ayat Dakwah
Banyak hadist yang menyatakan bahwa jika ada seseorang yang mengadukan kesempitan hidupnya kepada Baginda Rasulullah SAW, maka beliau akan menyuruhnya supaya mengerjakan shalat. Kemudian beliau membaca ayat di atas, seakan-akan beliau mengisyaratkan bahwa janji dilapangkannya rezeki itu bergantung pada dijaganya shalat. Para ulama menjelaskan bahwa mengapa di dalam ayat ini seseorang diperintah untuk menjaga shalatnya sendiri, disamping memerintahkan orang lain untuk shalat? Karena hal itu akan lebih bermanfaat dan akan memberikan kesan terhadap orang lain, sehingga orang lain juga akan menjaga shalat. Oleh karena itu, para Nabi AS yang diutus oleh Allah SWT untuk menjadi asbab hidayah, datang di tengah-tengah kaumnya sebagai suri tauladan. Para Nabi AS mengamalkan apa yang mereka sampaikan, sehingga orang yang mau mengamalkannya akan merasa mudah, dan tidak merasa bahwa hukum ini atau itu susah diamalkan.


Setelah itu, di dalam ayat di atas, Allah SWT menjanjikan rezeki untuk orang yang menegakkan shalat. Maksud janji itu adalah bahwa terkadang secara lahiriyah, menjaga shalat tepat pada waktunya akan menimbulkan kerugian dalam pekerjaan, terutama dalam berdagang, bekerja sebagai buruh, dan sebagainya. Akan tetapi, Allah SWT meluruskan anggapan itu dan menegaskan bahwa rezeki adalah tanggungan-Nya. Jadi, janganlah beranggapan bahwa shalat itu merugikan urusan dunia.

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan aturan yang pasti bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya akan dicapai oleh orang-orang yang bertakwa. Selain mereka, tidak ada seorang pun yang mendapatkkan kebahagiaan hakiki.

وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
'' Dan berilah peringatan, (wahai Muhammad), sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.''(QS. Adz-Dzariyat : 55)

Ahli tafsir menulis bahwa maksud ayat di atas adalah memberikan nasihat dengan memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an, yang tentu amat bermanfaat. Adapun manfaatnya bagi orang mukmin tentunya sudah jelas. Sedangkan bagi orang-orang kafir juga bermanfaat, karena dengan usaha ini, Insya Allah mereka dapat menjadi beriman dan akan termasuk dalam ayat di atas. Namun sayangnya, pada zaman ini, jalan berdakwah dan bertabliqh dengan cara yang benar dan dengan maksud membuat perbaikan sudah hampir hilang. 


Umumnya para da'i hanya ingin menunjukkan kepandaian dan kefasihan berbicara, supaya para pendengar memujinya. Padahal, Baginda Rasulullah SAW bersabda, '' Barangsiapa belajar seni pidato dan seni mengolah bahasa dengan maksud agar manusia tertarik kepadanya, maka amal ibadahnya baik yang fardhu maupun yang sunnah tidak akan diterima pada Hari Kiamat.''

وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلاً۬ مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
''Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerukan kepada (agama) Allah dan beramal shalih dan berkata, ''Aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri kepada Allah).''
(Q.S Fushshilat : 33)

Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa barangsiapa menyeru manusia kepada agama Allah SWT dengan cara apa saja, maka ia berhak mendapat kehormatan berupa berita gembira dan pujian seperti yang disebutkan dalam ayat di atas. Misalnya, para Nabi A.S berdakwah dengan mukjizatnya dan lain-lain, para ulama berdakwah dengan menggunakan dalil dan hujjahnya, para mujahid berdakwah dengan pedangnya, dan para muadzin berdakwah dengan adzannya. Intinya, siapa pun yang menyeru kepada kebaikan, ia berhak mendapatkan kehormatan itu, baik mengajak kepada amalan-amalan zhahir maupun amalan-amalan bathin sebagaimana para ahli tasawwuf yang mengajak kepada mengenal keagungan Allah SWT. (Dari Kitab Tafsir Khazin)


Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa : ''waqoola innanii minal muslimiin'' bermakna bahwa seorang muslim hendaknya bangga dengan ke-islam-annya, dan ia yakin bahwa ke-islam-annya itu merupakan kemuliaan baginya dan menyatakan ke-islam-annya dengan penuh kebanggaan. Ahli tafsir yang lain menafsirkan bahwa dalam setiap kegiatan dakwah dan tabligh, selayaknya tidak menyombongkan diri karena menjadi seorang da'i. Seharusnya berendah hati dengan menganggap bahwa ia seorang muslim biasa seperti muslim lainnya.(al-inaya)