Ketika kita masuk masjid, jamaah sdh selesai.. lalu kita mau shalat, apakah kita harus iqamah? Trim’s…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Adzan dan iqamah dianjurkan untuk semua shalat wajib. Baik yang dilakukan di awal waktu bersama imam, atau yang dilakukan oleh jamaah kedua, bahkan termasuk yang shalat sendirian.
Terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan anjuran ini, diantaranya,
[1] Hadis dari Abu Sha’sha’ah al-Anshari, bahwa beliau pernah dinasehati sahabat Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu,
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ، فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ، أَوْ بَادِيَتِكَ، فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ، فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ، وَلاَ شَيْءٌ، إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم
Saya lihat, kamu suka menggembala kambing dan berada di tempat yang jauh dari pemukiman. Ketika kamu jauh dari pemukiman, (ketika masuk waktu shalat), lakukanlah adzan dan keraskan suara adzanmu. Karena semua jin, manusia atau apapun yang mendengar suara muadzin, akan menjadi saksi kelak di hari kiamat. Seperti itu yang aku dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 3296, Ahmad 11393 dan yang lainnya).
baca: Hakekat Makam Ibrahim
Meskipun Abu Sha’sha’ah sendirian, beliau tetap dianjurkan adzan ketika hendak shalat wajib.
[2] Riwayat dari Abu Utsman, beliau bercerita,
مَرَّ بِنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ فِي مَسْجِدِ بَنِي ثَعْلَبَةَ فَقَالَ: «أَصَلَّيْتُمْ؟»، قَالَ: قُلْنَا: نَعَمْ، وَذَاكَ صَلَاةُ الصُّبْحِ، فَأَمَرَ رَجُلًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ ثُمَّ صَلَّى بِأَصْحَابِهِ
Anas bin Malik pernah bertemu kami di masjid Bani Tsa’labah. Beliau bertanya, ‘Apakah kalian sudah shalat?’ kami jawab, ‘Sudah.’ Dan ketika itu shalat subuh. Lalu beliau menyuruh salah seorang untuk adzan dan iqamah, kemudian beliau mengimami shalat subuh bersama rombongannya. (HR. Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya 4355 dan sandanya dinyatakan shahih oleh Husain Salim Asad).
Dalam riwayat lain, Abu Utsman mengatakan,
رَأَيْتُ أَنَسًا وَقَدْ دَخَلَ مَسْجِدًا قَدْ صَلَّى فِيهِ فَأَذَّنَ، وَأَقَامَ
Aku pernah melihat Anas bin Malik masuk masjid, dan ketika itu shalat sudah selesai, lalu beliau adzan dan iqamah. (HR. Abdurrazaq dalam al-Mushannaf 1967).
Keterangan Para Ulama
[1] Keterangan Ibnul Mundzir (w. 319 H.)
Beliau menjelaskan anjuran untuk adzan dan iqamah bagi mereka yang masuk masjid sementara shalat sudah selesai,
يؤذن ويقيم أحب إلي، وإن اقتصر على أذان أهل المسجد فصلى، فلا إعادة عليه، ولا أحب أن يفوته فضل الأذان
Dia melakukan adzan dan iqamah lebih aku sukai. Jika tidak adzan karena tadi sudah diadzani takmir, sehingga langsung shalat, maka hukumnya sah dan tidak perlu diulang. Meskipun saya tidak suka jika dia kehilangan keutamaan adzan. (al-Ausath fi as-Sunan wal Ijma’ al-Ikhtilaf, 3/61)
[2] Keterangan Ibnu Qudamah (w. 620 H)
Ibnu Qudamah juga menganjurkan untuk mereka yang telat, sehingga shalat setelah jamaah selesai, agar tetap melakukan adzan dan iqamah. Hanya saja, suaranya dipelankan agar tidak memicu fitnah.
وإن أذن فالمستحب أن يخفي ذلك، ولا يجهر به ليغر الناس بالأذان في غير محله
Jika orang yang telat itu adzan, dianjurkan untuk dipelankan, dan tidak dikeraskan, agar tidak membuat salah sangka di tengah masyarakat disebabkan adzan yang tidak pada waktunya. (al-Mughni, 1/306)
[3] Keterangan Ibnu Abdil Bar
Beliau menyebutkan bagi musafir yang hendak shalat, ulama sepakat dianjurkan untuk adzan dan iqamah.
baca: Apa itu mahram sementara dalam Islam
Beliau mengatakan,
وقد أجمعوا على أنه جائز للمسافر الأذان، وأنه محمود عليه مأجور فيه
Mereka (para ulama) sepakat bahwa bagi musafir boleh melakukan adzan, dan itu terpuji baginya dan dia mendapat pahala. (al-Istidzkar, 1/402).(al-Inaya/Ks) Demikian, Allahu a’lam.