Saat Nabi Muhammad SAW mendakwahkan keharaman babi dengan ayat-ayat Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah [2]: 178, Al-Maidah [5]: 3, Al-An’am [6]: 145, dan An-Nahl [16]: 115), kaum Yahudi dan Nasrani mengejek dan menentangnya. Namun di akhir zaman setelah Isa alaihis salam (a.s) turun ke dunia, kaum ahli kitab tersebut tidak akan bisa mengelak lagi. Kejahatan mereka dalam merubah isi kitab suci, menghalalkan yang haram, dan mengharamkan yang halal akan ditelanjangi oleh Isa. Isa as. lah yang akan menunjukkan kebohongan-kebohongan ahlu kitab. Dengan tangannya sendiri, disertai pasukan Islam, Nabi Isa a.s akan membunuh seluruh babi yang ada di muka bumi. Barang haram tersebut tak akan lagi dikonsumsi oleh umat manusia. Makanan dan minuman manusia akan diatur sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam, yaitu halal dan thayib.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga turun kepada kalian Ibnu Maryam sebagai hakim yang adil, ia mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan jizyah dan melimpahkan harta sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima pemberian harta.”[1]
Dalam Taurat dan Injil, babi diharamkan atas Bani Israil, yaitu atas Ahlu Kitab, penganut Yahudi dan Nasrani. Namun tangan-tangan jahat pendeta Yahudi dan Nasrani telah merusak Injil dan Taurat, merubah dan menyelewengkan isinya, menghalalkan hal yang haram, dan mengharamkan hal yang halal. Hawa nafsu mereka mendorong mereka untuk memasukkan ajaran-ajaran pemuas nafsu syahwat ke dalam kitab suci para nabi mereka. Sementara itu, para pengikut mereka mayoritas tidak membaca dan memahami kitab sucinya. Mereka mentaati apa saja yang ditentukan dan difatwakan oleh pendeta-pendeta mereka. Penyimpangan yang telah berusia ribuan tahun ini kelak akan diluruskan oleh Isa as.
Mengapa Al-Quran mengharamkan babi?
Hal menarik terkait dengan pengharaman babi yang termuat dalam Al-Quran adalah bahwa babi adalah binatang cukup langka dan jarang ditemukan di negeri Arab. Kaum muslimin di masa nabi saw sangat jarang bertemu babi, bahkan kaum musyrikin Quraisy juga bukan penikmat babi sebagaimana mereka sangat menikmati khomer dan judi. Sehingga larangan qath’i tersebut boleh jadi dianggap tidak relevan. Sederhananya, larangan itu tidak terlalu berdampak secara politik, sosial dan ekonomi sebagaimana larangan pada khamer.
Namun, hikmah dari larangan babi itu barulah kita rasakan di akhir zaman, dimana babi telah menjadi komoditas utama dari sebagian besar kebutuhan manusia. Larangan babi telah menjadi tantangan terberat umat Islam seiring dengan penggunaan babi sebagai bahan baku dalam banyak industri.
Babi adalah binatang yang saat ini menjadi komoditas umum dan merajai pasar. Pertumbuhan babi relatif sangat mudah dan cepat, dengan ransum yang jelek (poor-diet), anak babi tetap dapat tumbuh dengan baik. Pakan babi mudah didapat, bahkan dapat menggunakan limbah rumah tangga. Seluruh tubuh babi telah digunakan untuk kebutuhan industri tanpa ada yang terlewatkan. Daging babi dianggap sebagai sumber protein yang dibutuhkan untuk campuran banyak makanan pokok. Lesitin babi banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi adonan roti, coklat, dll. Lemak babi banyak dipakai bakso dan bakmi, sedang pada mie instant dipakai sebagai penyedap. Lemaknya? banyak kue dan roti yang diberi campuran lemak babi dengan dalih sebagai pemberi sensasi lezat.
Yang mengejutkan, Christien Meindertsma, ilmuan muda asal Belanda pengarang dari “Pig 05049” melihat hal yang mencengangkan. Dari seekor babi setelah disembelih, bagian-bagian tubuhnya dibuat menjadi lebih dari 100 produk yang tidak berhubungan dengan daging babi, mulai dari peluru, sabun, makanan hingga jantung buatan. Seluruh organ babi digunakan untuk makanan dan berbagai produk yang kemudian disebar ke seluruh dunia. Christien Meindertsma melakukan penelitian selama 3 tahun untuk mengikuti babi dari mulai dipotong sampai menghasilkan 185 produk yang sebagian besar kini telah mengepung kita Bahkan, seperti yang pernah diungkapkan oleh menteri kesehatan beberapa waktu yang silam, ternyata lebih dari 90% obat farmasi tidak bisa dipisahkan proses produksinya dari babi.
Jika benar data dan info di atas, maka tidak berlebihan bahwa rezim kapitalis dunia global saat ini hakikatnya adalah “rezim babi” yang perputaran roda ekonominya tidak bisa dilepaskan dari binatang haram tersebut. Dalam bahasa lain, tidak adanya bahan baku berbasis babi akan menjadi sebab runtuhnya system produksi yang dibangun oleh kapitalis ini. Sebab, ratusan produk yang menjadi kebutuhan masyarakat dunia itu tidak bisa dipisahkan dari babi
Bilakah era kapitalis dunia akan berakhir?
Salah satu misi besar turunnya Nabi Isa as adalah untuk menghancurkan salib dan membunuh babi. Dengan penjelasan seputar hulu-hilir babi, maka menjadi jelaslah bahwa turunnya nabi Isa as untuk membunuh semua babi tanpa kecuali akan menjadi isyarat hancurnya system produksi kapitalis.
Ya, dibunuhnya (dimusnahkannnya) babi tanpa kecuali, adalah isyarat bahwa bahan pokok yang digunakan untuk sebagian besar industri yang dibutuhkan manusia sudah tidak ada, yang karenanya berhenti pula proses produksi barang tersebut. Sementara, di atas proses produksi itulah kapitalis memutar roda ekomoninya.
Faktor lain yang juga semakin membuat system ini kelak akan berakhir di era Al-Mahdi (yang hidup satu zaman dengan nabi Isa as.) adalah tidak berlakunya mata uang kertas milik kapitalis, berganti dengan mata uang dinar dan dirham sebagaimana dahulu Rasulullah saw memberlakukannya. Wallahu a’lam bish shawab.(al-Inaya/Arr)
[1]. HR. Bukhari: no. 2296.