Seperti apa yang telah terjadi di desa-desa atau di kota kebiasaan seorang imam dalam shalat fardhu ataupun shalat jumat hanya satu orang , sehingga ketika shalat Jumat antara orang yang berkhutbah dan imam shalat jumat orangnya berbeda-beda, karena khotbah jumat dibentuk dengan cara bergilir atau bergantian, bagaimana pandangan fiqih mengenai hal tersebut.?
Dalam kitab fiqih menyebutkan akan kebolehan hal tersebut dengan syarat yang menjadi imam telah hadir dan mendengarkan khutbah ketika khutbah berlangsung akan tetapi ada jugak yang memberikan hukum makruh sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Muhammad Sholih bin Ibrahim.
Baca : Cara merawat bayi kembar siam yang satu hidup yang satu mati.
Dalam kitab Sullam at-Taufiq halaman 34 menyebutkan sebagaiberikut:
ويكره ذالك أعني أن يكون الخطيب غير الامام أفتى بذالك الشيخ التحريري اللوذعي محمد بن صالح بن إبراهيم.اهـ
Baca : Hukum melaksanakan shalat jamak dan qosor di rumah sebelum perjalanan (Musafir)
Dalam kitab Istmad Al-ainaini Fi-ba’di Ikhtilaf al-syaikhoini Hamis Bughiya Al-Musytarsyidin shahifah 37 menyebutkan sebagai beriktu:
فائدة : أشترطفي إمام الجمعة أن يكون هو الخطيب أويخضر الخطبة,
Dalm kitab tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj Jus 9 Shahifah 422 Maktabah Syamilah menerangkan sebagai berikut:
ويستفاذ من هذ الكلام ونحوه أن شرط إمام الجمعة الناوي لها أن يكون سمع الخطبة,
Baca : Suami meng –qodlo’ puasa sang istri
Demikian kilasan ibarah yang di ambil dari beberapa kitab mu’tabarah semoga kita dapat bertambah ilmu dan mengamalkannya apabila anda suka dengan artikel kami bisa di bagikan dan ikuti blog kami untuk menemukan artikel terupdate terimaksih (al-Inaya)